FILSAFAT SEBAGAI DIALOG RASIONAL: EPISTEMOLOGI
EPISTEMOLOGI: Cabang ilmu filsafat yang membahas secara mendalam segenap proses dalam upaya memperoleh pengetahuan, atau upaya untuk mempelajari pengetahuan (Epistemos: Yunani, berarti pengetahuan, logos: ilmu/ studi)
• Metafisika dan epistemologi selalu bergandengan erat. Realitas itu akan mempengaruhi pandangan tentang bagaimana kita ingin mengetahui dan menjelaskan hal-hal yang nyata.
• Setiap filsuf akan mencantumkan paparan epistemologinya masing-masing.
Pertanyaan:
1. Apakah realitas itu? Apakah idea terdalam itu?
2. Bagaimana pengetahuan itu diperoleh?
KONSEP EPISTEMOLOGI PLATO
Apa yang ingin disampaikan oleh Plato dari “cerita tentang gua”?
• Apa yang dianggap sebagai persepsi kebenaran, sebenarnya hanyalah pancaran dari kebenaran, manusia menyangka kebenaran dari apa yang mereka persepsikan selama ini
PEMIKIRAN IDEALIS PLATO
• Dunia terbagi menjadi dua:
• Dunia sejati (idea/ forma): dunia akal, dunia yang mengatasi indera, dunia pengetahuan sejati
• Dunia fisik (matter/world): dunia yang tampak, dunia indera
• Dunia fisik yang dirasakan oleh indera adalah suatu keadaan yang terus menerus berubah, manusia tidak bisa mengandalkan panca indera untuk memperoleh pengetahuan. Orang yang berbeda akan memiliki pendapat yang berbeda terhadap suatu obyek yang sama
• Dunia ide sajalah yang bersifat nyata dan sempurna dan tidak berubah (episteme), pengetahuan yang tunggal dan tidak berubah, suatu ide yang abadi atau disebut: Realitas sejati (universa, forma, idea)
• Tujuan mempelajari filsafat: menyadari forma sejati dengan cara mematahkan belenggu-belenggu yang mengikat pada dunia material khayalan. Dilakukan dengan merenungkan idea sebagai realitas terdalam
PEMIKIRAN EMPIRIS ARISTOTELES
• Aristoteles adalah murid dari Plato, berkebalikan dengan Plato, Aristoteles melihat bahwa tidak ada ide yang abadi, idea adalah abstraksi yang dipahami, realitas adalah bentuk inderawi sendiri
• Menurut Aristoteles, dengan kemampuan akal budi manusia membuat abstraksi, mengangkat bentuk universal dari realitas empiris
• Pemikiran Aristoteles bertolak dari realitas nyata inderawi
LOGIKA DAN SILOGISME
• Dasarajaran Aristoteles tentang logika adalah jalan pikiran (rasio) dan bukti (empirik).
• Rasio disusun berdasarkan silogisme, yaitu putusan dua tersusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan putusan ketiga.
• Pemikirannya secara rasional-deduktif, dalam dua premis dibuat konklusi yang merupakan pernyataan ketiga yang mengandung unsur dua premis sebelumnya. Note: premis = pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan
• Contoh:
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor) Badu adalah manusia (premis minor) konklusi: Badu pasti akan mati
Metode Kesangsian Descartes
• Rene Descates(1596-1650), seorang pemikir filsafat berlatar belakang matematika (aljabar dan geometri), orang Perancis yang menghabiskan banyak waktu di Belanda
• Descartes melihat tidak ada alternatif signifikan yang ditawarkan selain aliran filsafat idealis (Platonik) dan realis (Aristotelian): dalam pandangannya terdapat kebuntuan karena kurangnya kebenaran mutlak total yang bisa berfungsi sebagai titik tolak untuk menyusun sains.
• Descartes muncul dengan metode baru yaitu kesangsian (doubt) yang menggantikan metode dialog.
• Apa yang disangsikan? Kebenaran yang dihasilkan oleh indera, dan kebenaran yang dihasilkan oleh idea.
Metode Kesangsian Descartes
• Menurut Descartes: jika berdasarkan pengalaman terdapat kesangsian akan keandalan indera kita, artinya jika terdapat kesan yang salah pada indera kita maka tidak ada peluang untuk mendapatkan kepastian. Sehingga realisme yang berdasar pada realisme Aristotelian dapat dipertanyakan.
• Hal yang sama terjadi pada idea kita. Idea (konsep) sesuatu yang dianggap benar dapat berbalik menjadi ilusi, sehingga tidak ada ide yang tercegah dari kemungkinan ilusi. Sehingga idealisme Plato tidak lebih berguna daripada realisme Aristotelian.
Dualisme Descartes
• Descartes: “Apa yang saya bisa ketahui pasti” akan membawa kepada jawaban “Apa yang dapat saya ketahui selanjutnya”
• “saya berpikir, karena itu saya ada” (cogito ergo sum)
• Berpikir dengan demikian menjadi sebuah eksistensi, “yang berada yang berpikir”(thinking being).
• Dikenal dengan nama: “dualisme”, yaitu substansi pikir (res cogitans) dan substansi ekstensi (res extensa).
Kant: Kritik terhadap Akal
• Immanuel Kant (1724-1804), dianggap sebagai filsuf terbesar sejak jamannya Socrates, pemikirannya menjadi acuan dari filsuf-filsuf sesudahnya.
• Menurut pemikiran Kant, maka setiap benda yang kita ketahui hanyalah wujud penampakan saja (appearance, fenomena), tanpa kita tahu secara pasti apa yang berada di dalamnya (nomena, “das ding-an sich” = ada dalam dalam dirinya sendiri).
• Bahwa yang diketahui oleh manusia tentang penampakan (appearance) dimana benda atau kenyataan dihasilkan atau diproduksi dalam pikiran manusia
• Ia mengatakan bahwa bukan lagi yang langsung kepada pemikiran, tetapi apa yang ada di “belakang” akal budi dan pengalaman inderawi.
• Ia kemudian memberi nama cara filsafatnya sebagai “metode kritis” (mencari tahu jawaban/ penyelidikan dari yang Pdak tampak).
• Dengan demikian, revolusi pemikiran filsafat Kant adalah: pengetahuan diperoleh bukan bagaimana obyek diamati oleh subyek, tetapi bagaimana subyek sebagai si pengamat obyek.
Kant: Kritik terhadap Akal
• Dengandemikian, bagi Kant, ia berusaha menyatukan rasionalisme dengan empirisme. Ia mengatakan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya dari satu unsur saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal budi (“fenomenalisme”). Pengetahuan merupakan gabungan(sintesa) dari keduanya.
• Pengetahuan menurut Kant, dibagi menjadi dua:
A-priori: jenis pengetahuan yang datang lebih dulu sebelum dialami (bandingkan dengan pengetahuan rasio), contoh: matematika (ilmuforma)
• A-posteriori: jenis pengetahuan yang harus dialami dulu baru mengerti (bandingkan dengan pengetahuan empirik) contoh: ilmu pengetahuan alam (ilmu empirik)
Dialektika Hegel
• Hegel melakukan kritik terhadap pemikiran Kant dan Descartes, dalam rangka mencari pemahaman terhadap realitas.
• Prinsip pemikiran Hegel adalah ekspresi subyektivitas
• Menurut Hegel, Descartes subyektifitas masih bersifat kontemplatif(berpikir, konsep tentang realitas, bgm realitas fisik?)
• Kant: “subyek yang aktif”, memberi pengetahuan tentang dunia luar.
• Hegel menawarkan metode berpikir argumentatif dalam sistem filsafat: Dialektika: tesis – antitesis – sintesis
• Tujuan: menganalisis realitas pada dirinya sendiri, seturut geraknya
• Pemikiran Hegel berpengaruh terhadap modernitas, ada perubahan paradigma (paradigm change). Sesuatu tidak pernah ajek tapi terus berputar dalam sebuah “cycle”.
Dialektika Hegel
• Modernitas:
Positif: Kebebasan, demokratisasi, perkembangan teknologi
Negatif: kapitalisme, hubungan antar manusia instrumental, material, dangkal
• Metode dialektika digunakan untuk membantu menganalisis masalah realitas yang terjadi
Komentar
Posting Komentar